Pages

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sepuluh


Jadi, hari ini salma lagi mau ngerjain laporan fisika dan iseng buka buka file lama dan nemuin  dokumen tugas cerpen tahun lalu. Waktu kelas 10, pak zolvi pernah ngasih tugas buat cerpen, dan ini dia cerpen yang salma buat sendiri
judulnya............
Sepuluh
Namaku Calya Sadiya. Aku terbiasa dipanggil Cal. Aku lahir pada tanggal 10 September 1996, lengkapnya aku lahir pada jam 10:10 WIB, dengan berat 1000 gr. Aku sangat akrab dengan angka sepuluh. Angka sepuluh dalam skala 1-10 merupakan angka yang dianggap sempurna, tanpa cacat, dan bernilai tinggi. Karena itu, Ayah dan Bunda memberikan namaku, Calya Sadiya. Calya yang dari bahasa Sansekerta yang berarti tanpa cacat, dan Sadiya berasal dari bahasa Arab yang berarti beruntung.
Kata orang, nama itu adalah doa, harapan dari orangtua kepada anaknya agar menjadi seperti apa yang diinginkan. Namun, pernyataan itu tidak berlaku untukku. Aku merasa iri pada teman-temanku yang namanya sesuai dengan nasibnya. Misalnya saja temanku, Asadel, dalam Bahasa Arab Asadel berarti kaya raya, dan terbukti Asadel berasal dari keluarga yang kaya raya atau temanku yang lain, Shahia, dalam bahasa Afganistan artinya mata yang indah, dan aku mengakui bahwa Shahia memang mempunyai mata yang indah.  Ayah Shahia berasal dari Afganistan. Asadel dan Shahia adalah teman-teman yang setia menemani di setiap hariku.
Tuli Sensorineural telah membuatku merasa rancu dengan namaku sendiri. Ya. Aku memang mempunyai gangguan pendengaran. Itulah yang aku pikirkan setiap harinya di kamar ataupun kamar mandi.
 “Cal….” Terdengar suara panggilan Bunda dari lantai bawah. Karena tidak terlalu terdengar aku membetulkan alat bantuan pendengaranku. “Calya…………” panggil Bunda lebih keras lagi. Ternyata benar itu suara Bunda, “Iya Bun, sebentar Cal sedang di kamar mandi”  segera aku menjawab, agar Bunda tahu aku ada di kamar mandi yang ada di kamarku.Setelah aku selesai menutup pintu kamar mandi, aku menghampiri Bunda yang sedang duduk di tempat tidur.
 “Ada apa bun?” tanyaku kepada Bunda. “Hari ini Kak Fawwaz tidak bisa mengajar les kamu dulu, karena dia ingin mengurus pernikahannya, jadi jadwal les kamu diganti dengan hari  lain” . Aku kembali membetulkan alat bantuan pendengaran yang sudah mulai rusak dan tidak jelas. “Alat bantuan pendengaran kamu kenapa?’ tanya bunda yang ikutan risih melihatku terus membeulkan alat bantuan pendengaran. “Ini Bun, sepertinya alat bantuan pendengarannya sudah rusak, jadi setiap orang berbicara ada bunyi berdecit”. Aku melepaskan alat bantuan itu dan memberikannnya kepada Bunda. Bunda melihat dan memperhatikan jika ada kerusakan pada alat bantuan pendengaranku. Bunda mengatakan sesuatu namun aku tidak tahu beliau mengatakan apa, setelah itu memberikannya kembali padaku. “Ya sudah nanti kita betulkan ya, sekarang kamu tidur saja, istirahat, besok kan sekolah” ujar bunda. Aku hanya mengangguk.
            Setelah Bunda keluar dari kamar, aku membuka jendela kamarku untuk melihat bintang karena aku belum merasa mengantuk. Malam ini, bintang yang ada di langit sangatlah terang dan banyak sekali. Aku jadi teringat Asadel, dulu waktu kecil, Asadel sering main ke rumah ku, bahkan menginap. Saat malam tiba aku dan Asadel suka melihat bintang, setelah itu kita akan menghitungnya bersama.
“Kalau menurutku, bintang itu bukan benda langit, bintang itu mata orang yang sudah meninggal, jadi kalau kamu ingin berbicara lagi dengan nenek mu, ngomong saja sama bintang, pasti dia dengerin semua curhatan kamu” itu yang selalu Asadel katakan padaku.
Tak terasa sudah pukul 22.00 WIB. Suara mobil terdengar melalui alat bantuan pendengaranku. Pasti Ayah. Ayah selalu pulang larut malam. Ayah adalah seorang Insinyur di sebuah Perusahaan Telekomunikasi Asing di Jakarta. Tak lama, terdengar suara orang berteriak-teriak. Rasanya seperti suara ayah dan ibu, pikirku. Karena penasaran aku mencoba menempelkan telingaku di pintu kamar. Terdengar suara Ayah dan Bunda sedang bertengkar di seberang sana.
            “Aku capek ngurus anak itu terus! Sudah berapa uang yang  kita habiskan untuk menghidupi anak itu, dari lahir saja sudah menguras uang keluarga”
            “Ayah jangan seperti itu!, Cal kan anak kita, kita punya tanggung jawab atas dia. Lagipula Bunda cuma ingin meminta uang untuk membetulkan alat bantuan pendengarannya”
            Aku berjalan dengan lesu ke tempat tidur, melepaskan alat bantuan pendengaranku dan aku berharap semoga saja yang aku dengar tadi hanya sekedar mimpi dan ada  seseorang yang membangunkanku dari mimpi yang buruk itu.
***
Esok harinya, aku bangun kesiangan karena aku lupa memasang alat bantuan pendengaranku.  Akhirnya Bunda yang membangunkanku. Untung saja sampai di Sekolah tidak terlambat. Pagi ini Asadel sudah duduk ditempat duduknya.
“Hai Cal tumben sekali aku datangnya lebih pagi daripada kamu, biasanya kamu yang datang duluan” ujarnya. “Aku… .tadi terjebak macet hehe” ucapku dengan terbata-bata. Jantungku mulai berdansa dengan semaunya. “Ah, bilang saja kamu bangun telat, pakai alasan macet lagi” lalu dia tersenyum dan melanjutkan menyalin pekerjaan temannya.
Pelajaran pertama hari ini adalah Bahasa Inggris. Aku segera membuka buku catatanku karena Pak Kartono sudah datang. Seperti biasa, aku menulis tanggal di ujung kanan atas buku tulisku. 8 September. “Sebentar  lagi” ujarku dalam hati
***
“Nah setelah itu kamu balik saja jawabannya, karena cotan itu kebalikan dari tan kan?”
“Kak Fawwaz, aku boleh nanya nggak?
“Wah, tentu saja boleh, kamu mau nanya apa?
“Kalau hari ini kakak ulangtahun, kakak paling suka diberi hadiah apa?”
“Hahahahahahah” Kak Fawwaz hanya tertawa mendengar pertanyaanku
“Ah Kak Fawwaz kok tertawa sih? Cal kan serius”
“Aduh maaf Cal, Kakak kan cuma tertawa habis pertanyaan kamu itu lucu sih. Kalau ada yang ingat ulang tahun ku saja aku sudah senang. Memangnya kenapa sih? Pacar kamu ulang tahun ya?”  ujar Kak Fawwaz sambil menggodaku.
“Bukan itu maksudku kak, seandainya orang tua kakak hari ini ulang tahun kakak ingin memberikan apa?”
“Mungkin kakak akan memberikan kemeja untuknya” jawab Kak Fawwaz dengan cepat.
***
Malamnya aku memikirkan hadiah ulang tahun untuk Ayah, karena aku setuju dengan saran Kak Fawwaz untuk memberikan Ayah sebuah kemeja baru. Namun pertanyaan yang sekarang muncul adalah, Bagaimana caranya aku mendapatkan uang untuk memberikan kado untuk Ayah dengan uangku sendiri. Aku tidak mau meminta uang kepada Bunda. Aku takut merepotkannya.
       Aku langsung teringat celengan kura-kura yang pernah diberikan Shahiah waktu ulang tahunku yang ke 14. Aku mengambilnya dilemari pajangan. Memperkirakan berapa uang yang ada di dalam dengan mengukur beratnya. Celengan itu tidak terlalu besar, ukurannya sedang. Celengan ini selalu aku isi setiap hari. Biasanya dari sisa uang jajan yang diberikan Bunda kepadaku. Celengan itu mempunyai lubang dibagian bawah. Jadi, aku tidak perlu memecahkan celengan ini, hanya dengan membuka tutup lubangnya lalu mengambil uang didalamnya.
Aku mulai mengeluarkan satu persatu uang yang ada di dalam celengan. Mulai dari uang logam, kertas yang bermacam-macam. Recehan, ribuan, puluhan ribu, sampai ratusan ribu mulai dikumpulkan. Aku tidak meyangka mempunyai uang sebanyak ini. Ternyata yang aku dapat yaitu Rp 374.500,00.
“Alhamdulillah, dapat segini. Sepulang sekolah aku akan membeli kemeja untuk Ayah” Aku berdoa semoga besok semuanya terjadi dengan lancar.
***
Pagi ini, aku belum melihat Asadel di tempat duduknya seperti pagi kemarin. Mataku mencari kemana si rambut keriting itu. Biasanya dia sudah datang. Aku melihat jam ku. 07:00 WIB. Kalau tidak berkumpul dengan teman satu gengnya dia akan sibuk menyalin pekerjaan rumahku atau yang lainnya, namun hari ini, tak sedikitpun dia menunjukan batang hidungnya.
Pelajaran pertama sudah berakhir, namun Asadel belum juga datang. Beribu pertanyaan dihatiku. Mengapa dia tidak masuk? Apa dia sakit? Lalu sakit apa dia?. Pertanyaan terakhir yang muncul dibenakku. Mengapa aku peduli padanya?.
Pelajaran kedua adalah Sejarah. Aku semakin tidak fokus dengan pelajaran karena memikirkan Asadel. Aku semakin tidak bersemangat hari ini. Padahal, aku ingin bertanya dan meminta saran padanya untuk merangkai kata untuk kartu ucapan yang nantinya akan aku berikan kepada Ayah. Alat bantuan pendengaranku berdecit lagi. Aku berharap Bunda cepat membetulkannya karena aku tidak tahan dengan bunyinya.
Saat Pak Wowo menjelaskan bagaimana manusia hidup di zaman Paleolithikum, seorang membuka pintu kelas dengan keras. Dengan langkah yang terkesan cuek ia mendatangi Pak Wowo. Rambutnya yang keriting, bajunya yang berantakan, matanya yang hitam membuat mataku tertuju padanya. “Maaf pak, saya telat” ujarnya dengan setengah malas. “Iya saya sudah tahu, ya sudah sana duduk” perintah Pak Wowo. Dia menuju bangku kosong yang ada di sebelahku, tersenyum ke arahku, dan aku pun membalas senyumannya itu. “Akhirnya datang juga” ujarku dalam hati.
Pulang sekolah, sesuai rencana aku pergi ke pusat perbelanjaan yang ada di dekat rumah. Aku akan membelikan Ayah kemeja, aku ingin Ayah tahu aku bukanlah anak yang hanya bisa merepotkan beliau, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa membuat dia bahagia. Aku ingin membuktikan bahwa aku sangat sayang padanya.
       Untung saja aku membawa baju ganti, kalau tidak, aku bisa dilarang masuk ke pusat perbelanjaan karena masih menggunakan seragam. Aku setengah berlari menuju tempat dimana Ayah suka membeli kemeja. Aku tidak peduli dengan keadaan sekitarku. Aku sangat tidak sabar untuk membeli kemeja itu. Aku berlari dan berlari.
BRUK. Aku menabrak seorang laki-laki. Badannya tinggi, besar, memakai kacamata, kepalanya botak.Aku jatuh. ”Aduh maaf ya mas maaf” dengan perasaan takut aku mengatakannya. Tabrakan itu membuat alat pendengaranku jatuh. Pria itu juga setengah berjongkok. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku terus mencari alat bantuan pendengaranku.
“Nah itu dia” aku menemukannya tidak jauh dari tanganku. Saat aku ingin mengambil, seorang anak kecil berlarian dan menginjaknya. KREK. Aku menangis. Aku takut alat pendengaranku itu sudah benar-benar rusak dan Bunda belum membelikan penggantinya. Namun, untung saja alat bantuan pendengaranku itu masih bisa dipakai namun suara yang ditangkap sangat kecil sekali.
Aku bangun, dan langsung menuju tempat dimana ayah suka membeli kemeja. Sesampainya disana, aku mulai memilih kemeja yang akan kubelikan untuk Ayah. Cukup lama aku memilih kemeja yang akan dibeli. Sampai Pramuniaga disana memandangku dengan sinis karena terlalu lama memilih. Akhirnya pilihanku jatuh kepada kemeja  kotak berwarna hitam dan abu-abu berlengan pendek. Aku yakin Ayah akan suka kemeja ini.
Aku segera menuju kasir untuk membayar. “Hanya ini saja dik?” tanya Pramuniaga. Aku tidak mendengar jelas apa yang dikatakannya karena alat pendengaranku semakin parah. “Harganya Rp 130.000,00” ujar Pramuniaga. Aku melihat jumlah nominal yang tercantum dalam mesin itu. Namun, saat aku ingin membayarnya ternyata dompetku tidak ada. Padahal aku yakin aku sudah membawanya. Aku mencoba mengeluarkan isi tas. Namun ternyata hasilnya nol.
Dengan wajah takut aku berkata, “Maaf mbak,sepertinya dompet saya tertinggal”. Aku segera meninggalkan toko itu. Aku malu. “Kalau tidak punya uang tidak usah sok ingin beli” kata Pramuniaga dengan setengah teriak setelah aku keluar dari toko.
Akhirnya dengan wajah lemas, langkah gontai,aku keluar dari pusat perbelanjaan itu dan menuju jalan pulang. Dari jauh, pandangan ku tiba-tiba menangkap bayangan seseorang yang aku kenal. Dia keluar dari sebuah toko kado. Aku mencoba memanggilnya dan berharap tidak salah, “Asadel”. Namun, orang itu malah berlari. Aku sedikit ragu bahwa itu Asadel.
Untung saja sampai di rumah Ayah dan Bunda belum pulang. Aku langsung masuk ke kamarku. Mencoba merenungkan apa yang terjadi di pusat perbelanjaan tadi. Aku teringat peristiwa tabrakan dengan seorang laki-laki. “Apa jangan-jangan dia yang mengambil uangku?” aku memikirkan dalam hati. Namun, aku mencoba menghapus dugaan itu, karena aku tidak mau menuduh sembarangan.
Aku menatap alat bantuan pendengaranku yang kondisinya semakin memburuk. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Meskipun alat bantuan pendengaran ini masih bisa dipakai tapi dilihat dari kondisinya sudah harus diganti.
Aku melihat kalender yang ada di meja belajarku. “Tanggal 10 September itu besok dan aku belum tahu apa yang harus aku berikan untuk Ayah” aku memaki diriku sendiri.
“KRINGGGGG” telepon rumah berbunyi. Segera aku memakai alat bantuan pendengaranku.
“Halo” terdengar suara diujung sana. Namun, ditutup kembali.
“KRINGGGGG” telepon rumah berbunyi lagi.
“Halo” ujarku
“Halo, Calya?”
“Ah….Shahiah” segera aku menceritakan yang terjadi hari ini padanya.
***
“Selamat ulang tahun kami ucapkan selamat panjang umur kita kan doakan selamat sejahtera sehat sentosa……….selamat panjang umur dan bahagia” seru anak satu kelas. Aku sangat senang mereka mengingat ulang tahunku. Betul kata Kak Fawwaz.
“Cal….ini aku ada hadiah untukmu, aku harap kamu suka ya” ucap Shahiah dengan lembut. Shahiah memberiku kado yang berbungkus warna merah muda. Aku sangat suka warna merah muda.
            “Makasih ya Shah, aku senang sekali kamu peduli kepadaku” segera aku membuka kado darinya. Tahun lalu dia memberikan boneka. Dua tahun yang lalu dia memberikan celengan kura-kura. “Wah……bagus, sekali lagi makasih ya Shah” . Tahun ini dia memberikanku sebuah lampu  kecil yang bentuknya bunga.
Aku senang semuanya mengucapkan ucapan selamat kepadaku. Namun, ada satu orang yang aku tunggu ucapannya. Hari ini aku belum bertemu dengannya. Aku hanya melihat tasnya diletakan di tempat duduk disebelahku. Aku belum menemukan pemilik dari tas itu. “Kemana Asadel?” tanyaku dalam hati.
            Saat aku pulang ke rumah, Ayah dan Bunda belum datang. Bunda janji akan pulang cepat karna ingin memasak makanan spesial untukku dan Ayah. Akhirnya aku menunggu Bunda pulang dengan memikirkan kado untuk Ayah.
            Aku duduk di kursi belajarku,. Aku memikirkan kado apa yang pantas untuk diberikan kepada Ayah. “Apa aku berikan Ayah puisi saja? Tapi aku tidak bisa menulis puisi” pikirku. Seorang Tuli Sensorineural mengalami gangguan wicara. Orang seperti ku biasanya mengalami gangguan dalam merangkai kata, berbicara, menulis dsb. Namun, karena kegigihan Ayah dan Bunda ku aku dapat mengejar ketinggalanku. Namun, aku memang tidak bisa menulis puisi dengan baik. Aku mendapatkan ide. Aku mengambil secarik kertas kosong dan memasukannya ke sebuah amplop lalu di bagian depan amplop itu aku tuliskan. Untuk Ayahanda tercinta
            Aku teringat kado dari Shahiah. Aku ingin memajangnya didekat tempat tidurku. Namun, aku kaget saat melihat sebuah kado yang ada di dalam tasku. Kado itu berwarna merah jambu, ukurannya sedang. Aku mengeluarkan kado itu dari tasku. Aku berpikir, “Siapa yang memasukan kado ini ya?”. Karena penasaran akhirnya aku membuka kado itu.
            Bunyi suara deru mobil Ayah. Aku bingung, biasanya Bunda pulang lebih awal. Aku setengah berlari menuju lantai bawah. Ternyata Ayah datang  bersama Bunda. Aku tidak sempat membuka kado misterius itu.
            “Ayah, Bunda” aku memeluk mereka dengan erat
            “Selamat ulang tahun ya Calya” ucap Bunda padaku.
            “Terimakasih Bunda”
            “Ayo, Bunda ingin memasak makanan yang spesial untuk kalian” ujar Bunda
            “Ini kado cinta Bunda untuk Calya dan Ayah. Selamat ulang tahun ya Calya dan Ayah” Bunda memasak nasi kuning, diatasnya dihias angka 10.
“Ini untuk ayah” dengan gemetaran aku memberikan amplop itu kepada Ayah. Ayah tersenyum dan langsung membukanya. Dengan wajah bingung dan membolak-balikan kertas yang barusan dibuka Ayah berkata, “Loh, Calya, kok kertas ini kosong?”. Aku menjawab, “Itu kado cinta Calya untuk Ayah, cinta Calya untuk Ayah tidak dapat dirangkai dengan kata, karena pasti tidak akan cukup”. Aku langsung merasakan pelukan hangat dari Ayah dan Bunda.
“Ayah juga punya hadiah untukmu” kata Ayah sambil memberikan kado kecil untukku. Aku segera membukanya. “Wah…… Alat bantu pendengar baru, terima kasih ayah” ujarku
            Hari ini aku merasa sangat senang. Aku langsung terbaring di tempat tidurku, namun aku teringat kado misterius itu. Segera aku mengambilnya namun dengan sangat hati-hati aku membukanya. Takut-takut itu adalah jebakan. Ternyata itu bukan jebakan, kado itu adalah boneka daruma. Boneka khas dari Jepang.
            Aku penasaran siapa pengirimnya. Aku menemukan sebuah surat dan aku pun mulai membacanya.
Selamat tanggal 10 Calya! Aku tahu kamu tidak suka dengan angka 10, aku tahu seberapa bingung nya kamu dengan namamu, aku tahu bagaimana kamu menjalani hidupmu sampai saat ini. aku….tahu….semua tentang kamu.
            Katamu, 10 itu menyebalkan, egois, aneh, dsb. Namun, coba aku jeaskan dengan caraku. Bagiku 10 itu…………… 1 dan 0. Kamu tahu artinya apa?Artinya, 1 itu mewakili keberadaan dan 0 mewakili ketidakadaan. Maka jika 1 dan 0 bergabung menjadi angka 10, aku rasa mereka akan menjadi angka yang paling bahagia karena mereka saling mengisi, saling memahami, saling mengerti antara keberadaan dan ketidakadaan satu sama lainnya. Nah, kalo gitu jangan benci dengan angka 10 ya? dan kalo menurutku, namamu merupakan nama yang paling indah, tanpa cacat dan beruntung.
            Jadi, Calya Sadiya maukah kamu menjadi angka 1 dan aku menjadi angka 0 agar kita dapat menjadi yang paling bahagia?                                                          
            Asadel


Jumat, 26 Oktober 2012

its should be....

from: google.com

Seharusnya salma minggu-minggu ini.....
1. nge post 2 atau 3 lomba blog, dan sekarang udah lewat deadline
2. ngerjain kartul karna akhir november nanti dikumpulin ditambah belum baca bukunya
3. ngerjain laporan fisika tapi datanya ada di nafila (jabmet)
4. ngerjain laporan kimia tapi nggak tau harus mulai darimana
5. ngerjain 2 tugas lia karna yang diatas belum dikerjain jadi yang ini belum dikerjain


to many things to do

Sabtu, 20 Oktober 2012

Delete? YES


HAHA. Kalo kehilangan sesuatu emang rasanya sakit banget, tapi beda lagi kalo kita emang niat 'sesuatu'  itu ilang. Sama kayak waktu lo buang  sampah. Nggak mungkin kan lo mau sampah itu balik lagi. Sampah yang bener-bener nggak bisa di gunain lagi, nggak bisa di daur ulang, udah rusak, dan nggak berguna. Daripada lo simpen terus-terus an mending ya lo buang aja.


Yah, salma sadar sih, lebay banget kalo sampe harus delcont. Tapi ya mau gimana lagi? Capek galau mulu, capek sedih terus, capek nangis terus. Dan setelah peristiwa delcont itu ntah kenapa  salma jadi nggak sedih lagi, malah jadi biasa aja. jadi........ Flat mungkin.

kalo misalnya ada hal yang bikin gue nggak flat lagi...........mungkin gue nggak mau ada progress ke depannya. karna gue takut banget gue ngalamin hal yang sama kayak gini. lebih baik diem kan. kalo kata raditya dika di marmut merah jambu yang bab 1.


Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan.
Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar lalu semakin lama semakin jauh.
Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima.
Org yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dgn apa yg kita inginkan.
Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya kita butuhkan.
Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan.
Orang yang jatuh diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.
salma tau. ini bukan salah dia, bener-bener bukan salah dia. salma sadar kalo salma jahat banget sampe delcont padahal dia nggak salah apapun, dia nggak jahat (mungkin). 

Salma cuma kesel sama diri salma sendiri.

salma kesel kenapa salma terkesan berharap, padahal sebenernya bukan berharap. Tulus kok sayangnya, tulus banget. Sedih karna salma udah tuluusssssssss banget dan rasanya sayaaaaaaaaaaaanggg banget, tapi balesannya.......dia jutek. 

mungkin kalo kita disuruh nyanyi raisa berdua dia bakal  milih 'terjebak di ruang nostalgia' dan gue 'apalah arti menunggu'.

dia: 
Namun aku takkan pernah bisa, ku Takkan pernah merasa Rasakan cinta yang kau beri Ku   terjebak di ruang nostalgia Semua yang ku rasa kini Tak berubah sejak dia pergi Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini

salma:
Namun ku rasa cukup ku menunggu Semua rasa tlah hilang Sekarang aku tersadar Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang Apalah arti aku menunggu Bila kamu tak cinta lagi Dahulu kaulah segalanya Dahulu hanya dirimu yang ada di hatiku Namun sekarang aku mengerti Tak perlu ku menunggu sebuah cinta yang sama

Kadang ngelepasin itu bikin lega loh, legaaaaaaaaa banget rasanya. Nggak tau kenapa, plong banget.
Dan sekarang.......gue hampir menikmati flat nya idup ini.
sepertinya emang harus makan chitato biar Life is never flat wakakakakak

Selasa, 09 Oktober 2012

kehilangan.

hai, halo.
bingung mau mulai darimana. Sebenernya ada tugas resensi Bahasa Indonesia, tapi udah gatel pengen nge post (sebenernya udah nggak tahan lagi nahan-nahan nangis).

Hari ini salma baru tau kalo shinta bakal pergi ke jepang, dia tadi pas pelajaran bahasa perancis nggak masuk. Salma nggak tau pastinya kapan. Nggak berani nanya. Takut. Takut kehilangan shinta. Sekarang aja shinta udah mulai ilang-ilangan gara-gara sibuk osis. Nggak hanya Shinta....... Ghina, Tigor, Lutpi, Oky, Catherine, Shifa, Fito pun ikut ngilang.


Sebenernya salma seneng kalo temen salma bisa ikut afs kayak shinta, aktif di osis. Tapi ya...konsekuensinya.......kehilangan. Merasa ada sesuatu yang hilang. Dulu, setiap hari kamis selalu mojok sama shinta, selalu kemana-mana sama ghina, minta tolong sama lutpi, ngalay bareng oky, gosip bareng tigor pulang bareng catherine, dimarah-marahin sama shifa, dan....bbm an sama fito. Sekarang semuanya.....ilang gitu aja.Salma sih nggak salahin mereka kalo mereka sibuk. bukan salah mereka kok, lagipula tanggung jawab mereka kan ngurusin osis. Jadi ya......mencoba untuk beradaptasi dengan situasi kehilangan.

Kehilangan itu bener-bener nggak enak, kayak anak kecil yang lagi asik makan permen tiba-tiba permennya direbut gitu aja
rasanya sakit banget.

tapi, kalo permen itu udah balik, rasanya beda. Nggak sama kayak yang dulu

akhir-akhir ini salmanya jadi over, liat doi di RU terus langsung kangen. Tapi jujur loh, itu bener-bener kangen. Kangeeeeeeen banget. Kangen di greet lagi. Kangen di ajak ngobrol lagi. Kangen bangetbangetbangetbanget. Permasalahannya adalah dia berubah, atau mungkin gue yang lebay menyimpulkan kalo dia berubah. Ntahlah.


 gue terlalu egois banget kalo mau semuanya kayak dulu lagi. yah sepertinya emang harus beradaptasi sama yang namanya kehilangan. Mungkin gue cuma bisa nangis, nangis nangis doang kali ini. Kalo gue boleh jujur juga gue nggak mau sebentar-bentar nangis, sebentar-bentar langsung sedih, gue juga nggak mau kayak gitu. gue cuma butuh waktu biar beradaptasi sama situasi kayak gini. 




dan maaf banget buat temen-temen yang jadi korban penggalauan salma. buat talit,lina,afi,esha,ghina,shinta,nissa,citra,dinda, semuanya. maaf banget kalo salmanya lebay. maaf banget kalo salmanya cengeng. salma juga nggak tau harus cerita dan numpahin ini ke siapa. 
Pernah ada orang yang bilang ke gue gini, 
"Hari pasti bakal berganti kok, yang nggak terlupakan itu kejadian hari ini"
ntah lah doi masih inget atau nggak dia pernah bilang kayak begitu. 
kejadian hari ini emang nggak bisa di lupain. kesel,sebel,benci,marah semuanya jadi satu. 

Selasa, 02 Oktober 2012

Kelas 11 dan keabstrakannya :)

hai!!!
udah lama ya nggak nge blog, rencananya sih mau nge post buat lomba blog, tapi masalahnya belum selesai nge post, belum mulai bahkan. hahaahaha. sekarang lagi UTS loh. lucu ya, di saat sekolah lain lagi pusing sama ulangan harian pertama, sma 81 malah.......UTS

Besok itu jadwal UTS nya Kimia sama tik. Kimia tadi udah ngebahas soal tahun lalu di go, jadi nanti tinggal latihan-latihan sama ngulang-ngulang lagi. Dan, selama menjalani hidup sebagai anak kelas 11 IPA kehidupan salma makin abstrak. abstrak.... karena tiap hari adaaaa aja ulangan sama pr, nggak selesai-selesai. apalagi minggu ini, salma ngerasa hidup di GO. Tiap hari pulang sekolah bukannya pulang ke rumah, harus konsul. Yang paling parah itu malem minggu kemaren, karena jadwal hari senin itu UTS nya Fisika akhirnya anak-anak poseidon yang les di go bermalem ria di go dengan fisika. gile yaaa malming bukannya sama pacar, tapi sama fisika.

kita mulai itu dari 1 siang sampe jam 3 sore, terus karena pak gamalnya harus ngajar jadi di tunda dulu. Dan berlanjut lagi dari jam 6 malem sampe jam setengah 10 malem. Rasanya itu..........wah banget. baru kali ini gue ngerasain UTS sampe harus segininya. Perjuangan mati-matian cuma buat fisika. Dan saat ngerjain fisika salmanya pasrah......pasrah banget. Hmmm denger denger sih hasilnya udah keluar, dan katanya kelas ipa 1 rata-ratanya paling tinggi.

hmmm, ipa 1. kelas yang.......abstrak. di penuhi sama anak-anak yang pinter sama rajinnya kebangetan, atau mungkin kebalik, gue yang terlalu cups sama males. Nggak ngerti lagi deh, mungkin aja udah takdir dapet kelas isinya duplikat lina semua. Kadang gue mikir, "jangan-jangan gue salah milih jurusan apa gimana ya........" . Salma duduk sama afi lohhhh wakakaak. Kalo dulu lia itu lebay-alay, kalo afi itu seloooo kayak dipantai, dan gara-gara dia nih gue jadi demen poto-poto.
 Jadi anak kelas 11 itu ternyata sibuk juga ya, harus ngurusin ekskul. dan........coba tebak adek2 saman cleo ada berapa? ada sekitar 30-an loh :) . Seneng banget banyak yang ikut, tapi capek ngajarnya hehehe tapi nggak papa, demi kesuksesan saman sma 81, semangat!. Kalo ngomongin saman, jadi keingetan. Hmmm semoga Cleo menang ya di 26, dan nggak kena masalah lagi kayak kemaren.amin.

mirip kayak gini




oh iya, mau cerita, tadi ada gambar di hp nadu ada huruf acak gitu terus kita suruh cari 3 kata yang pertama kali temuin, kata tiara 3 kata itu menggambarkan yang kita inginkan, dan salma dapetnya LOVE, WIN, FREEDOM. 


to be honest, yes!! i want that!






hari ini ada yang jadian loh, dena sama faras, xixixi Congrats ya kalian berdua. semoga salmanya nyusul.


btw, doi tambah kece semenjak pake jas osis. wkwkkwkwkwkwkkw. ok then, wish me luck for tomorrow.
i wish..........kimia nggak se abstrak fisika.