Pages

Senin, 03 Desember 2012

Kisah Peri Kecil Mannalisyaa (3)

Mannalisyaa memandang mahkota kamar bunganya. Ia teringat buku harian yang pernah ia beli saat ia kecil. Buku harian itu terbuat dari daun dan serat kayu, di depannya tertulis "Mannalisyaa".

Mannalisyaa mulai menulis.

Dear diary...
3 bulan mawar tahun peraperi 1202 
Kamu tahu? hari ini, aku bertemu Diilaifan. Biasanya aku menghindar saat bertemu dengannya, namun, kali ini aku mencoba untuk tidak menghindar dan menyapanya. Bukan sekedar sapaan. Mungkin kalau boleh jujur, aku hanya mencari kesempatan untuk mengobrol dengannya. meskipun ia hanya menjawab satu kata.

jadi, Negeri Steupaaland kali ini disibukan oleh pengambilan nilai untuk pera dan peri.Aku sudah bersiap di ruang para Mr pera dan Mrs peri. Saat itu, Mr Pera Livoz meminta tolong padaku untuk membantunya memasukan nilai. Namun ternyata para pera dan peri di Gipatia belum mengumpulkan nilai semuanya, akhirnya aku diminta untuk mencari pera Azril karena ada kepentingan dengan Mr pera Livoz.

Saat aku mecoba mencari Azril, aku bertemu Diilaifan, aku bingung saat itu. aku bingung apa aku harus menyapanya atau tidak. Aku mendengarkan kata hati. "Sapa Mannalisyaa. ayo. Dia ada didepan kamu sekarang". Akhirnya....

"Diilaifan" aku akhirnya memanggilnya, dan ia hanya menjawab dengan menaikan alisnya. Langsung saja aku bertanya padanya. "lihat Azril?" dan dia hanya menjawab "Nggak" mungkin tidak terlalu terdengar oleh ku. Namun, aku bisa melihat dari ekspresi mukanya dan bentuk mulutnya.

"Nggak". Ya. Hanya satu kata. tapi itu cukup.Cukup untuk memulai pembicaraan yang sudah 3 bulan ini tertunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar